Sosialisasi Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati

Jum'at, 20 Mei 2022. 

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul melalui Bidang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengadakan acara sosialisasi konservasi sumber daya alam dan pengelolaan keanekaragaman hayati. Bertempat di Mushola Daarul Ilmi Sambikerep RT. 04 Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Acara tersebut diikuti oleh masyarakat sekitar Dusun Sambikerep dengan Narasumber bapak Arif Haryanto dari DPRD Kabupaten Bantul fraksi PKS dan ibu Sri Budiarti, SP dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul.

Materi yang dibahas pada acara tersebut adalah pengelolaan sampah  organik. Sampah organik adalah sampah dari bahan-bahan hayati yang bisa didegradasi oleh miroba atau bersifat biodegradable. Artinya, sampah jenis ini mudah diurai dengan proses alami. Sampah organik sebenarnya tergolong limbah yang ramah lingkungan sebab bisa diurai secara alami oleh mikroba, namun penguraian secara alami membutuhkan waktu. Sehingga saat sampah organik tidak diolah dengan cepat dan menumpuk, bisa menyebabkan aroma yang tidak sedap.

Misalnya saja, di pembuangan sampah terdapat buah dan sayur busuk dalam jumlah yang sangat banyak. Tanpa diolah, buah dan sayur tersebut mungkin akan terurai, namun membutuhkan waktu. Dalam proses penguraian alami tersebut biasanya menyebabkan aroma busuk. Dengan adanya campur tangan manusia, maka proses penguraian menjadi lebih cepat. Dan tanpa disadari, sampah organik yang diolah dengan benar justru bisa bernilai ekonomis.

Jenis Sampah Organik

1. Sampah Organik Basah Sampah organik bahasa merupakan sampah organik yang memiliki kandungan air cukup tinggi. Contoh sampah organik jenis ini yaitu sayur-sayuran, kulit buah, buah busuk, dan sejenisnya. Tingginya kandungan air yang ada dalam sampah inilah yang menyebabkan sampah cepat membusuk.

2. Sampah Organik Kering Jenis sampah ini merupakan sampah organik yang kandungan airnya sedikit. Contohnya kayu, ranting potongan, daun kering, dan sejenisnya.

Sampah organik merupakan jenis sampah yang cukup mudah diolah. Sampah organik dapat diolah menjadi berbagai produk yang fungsional dan memiliki nilai ekonomis. Adapun cara mengolah sampah organik sebagai berikut. 

1. Pupuk Kompos

Pupuk kompos adalah jenis pupuk organik yang berasal dari penguraian sampah organik seperti daun kering. Pembuatan kompos ini bisa dilakukan secara alami.

Namun saat ada tindakan dari manusia seperti penambahan mikroorganisme pengurai, pengomposan terjadi lebih cepat. Cara membuat kompos sangat mudah dan kandungan haranya juga cukup lengkap sehingga sangat berguna untuk budidaya tanaman.

Berikut ini langkah-langkah membuat kompos dari sampah organik :

Siapkan bahan kompos seperti sampah dari daun-daunan, kotoran ayam, arang sekam, EM4, gula pasir, dan air. Kemudian buat starter dengan cara melarutkan gula dengan air. Selanjutnya tambahkan EM4 dalam starter dengan takaran yang telah ditentukan. Tahap selanjutnya diamkan starter selama 24 jam. Lalu campurkan seluruh bahan untuk membuat kompos seperti daun, kotoran ayam, dan arang sekam. Siram bahan dengan starter yang sudah dibuat kemudian aduk sampai merata. Diamkan kompos tersebut selama kurang lebih 17 hari. Apabila bahan tersebut sudah berwarna kehitaman, maka kompos telah siap digunakan.

2. Biogas 

Selain kompos, sampah organik juga bisa diolah menjadi biogas. Menurut penjelasan di modul “Pengolahan Limbah Organik/Cair menjadi Biogas, Pupuk Padat, dan Cair”, biogas adalah gas dari aktivitas anaerobik atau fementasi bahan organik. Biogas yang dihasilkan memiliki kandungan seperti metana, karbon dioksida, nitrogen, hidrogen, hidrogen sulfida, dan oksigen. Biogas diperoleh oleh bakteri dari bahan organik dalam kondisi kedap udara. Biogas yang berasal dari kotoran tenak memiliki kandungan 60% gas metan. Produksi gas bisa dipengaruhi dengan jumlah bahan organik yang digunakan. Semakin tinggi bahan organik yang digunakan maka gas yang dihasilkan juga semakin banyak. Kecepatan produksi gas juga dipengaruhi oleh kondisi fisik dan temperatur.  Bahan kering dan berserabut umumnya lebih lama dibandingkan dengan bahan yang basah dan halus. Sementara itu, temperatur yang optimal yaitu 32 – 37 oC. Jumlah bakteri juga bisa mempengaruhi proses pembuatan biogas. Kelompok bakteri yang diperlukan untuk mempercepat fementasi.
 

3. Pupuk Organik Cair (POC) 

Selain diolah menjadi kompos dan biogas, sampah organik juga bisa diolah menjadi pupuk organik cair. Mengutip dari modul “Pembuatan Pupuk Padat dan Cair dari Sampah Organik”, berikut cara membuat pupuk organik cair. Bahan dan Alat Pembuatan POC Drum 200 liter beserta tutupnya. Stop kran diameter 1 – 1,5 inchi. Sock berderat pipa pralon PVC, ukurannya disesuaikan dengan stop kran. Sealent, seal karet ban dalam. Plastik yang telah dilubangi sesuai dengan ukuran drum. Sampah organik seperti sisa sayur dan buah. EM-4.

Cara Membuat POC : Pasang pelat plastik yang telah dilubangi ke dalam drum. Pasang penahan dibawah pelat plastik untuk menahan sampah yang akan dijadikan pupuk organik cair. Buat lubang di samping drum untuk tempat stop kran. Pasang stop kran di lubang tersebut lalu lapisi dengan karet seal pada bagian luar dan dalam. Pada bagian dalam pasang sock pipa plastik dengan stop kran. Lalu kencangkan agar stop kran tidak bocor. Setelah alat pembuatan selesai, lanjutkan dengan memasukan seluruh sampah organik yang sudah dicincang ke dalam wadah tersebut. Masukkan juga EM-4 sebagai starter. Tutup drum dengan rapat. Setelah fermentasi selesai, tampung pupuk cair dalam wadah lalu lakukan aerasi agar aroma fementasi hilang. Terakhir, kemas POC dalam wadah tertutup lalu aplikasikan ke tanaman. 

Perlu diketahui bahwa proses pembuatan POC membutuhkan waktu kurang lebih 2 minggu. Anda bisa melakukan pengecekan secara berkala. Jika aroma fermentasi sudah harus atau menyerupai aroma tape, maka POC telah selesai dibuat dan proses fermentasi bisa dihentikan.